Senin, 30 April 2012

"Ia memanggil domba-dombanya menurut namanya dan menuntunnya ke luar" (Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10)



 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba -domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika "semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal. "Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka memiliki hidup, dan memilikinya dalam segala kelimpahan . "(Yoh 10:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Warta Gembira hari ini sedikit banyak meneruskan atau memperdalam warta gembira kemarin. Perumpamaan periha gembala sebagaimana dikisahkan dalam kutipan di atas hemat saya bagus sekali untuk direnungkan dan dicecap dalam-dalam oleh siapapun yang berprofesi sebagai pemimpin, guru atau pendidik, pendamping dst ..dalam kehidupan bersama apapun. " Cura personalis "(= pemeliharaan atau perawatan secara pribadi), demikian salah satu semangat Ignatian yang kiranya sangat bagus untuk mewujudkan panggilan sebagai gembala baik yang " memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar " .Para orangtua kiranya mengenal cukup baik anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mereka, maka kami harapkan dalam semangat cintakasih dan kebebasan Injili mendidik dan mendampingi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak di masa depan. Dalam dan dengan semangat cintakasih pula kami dambakan kepada para guru atau pendidik dalam mendidik dan mendampingi para peserta didik, selain itu hendaknya guru atau pendidik juga mengenal dengan baik semua peserta didik yang dipercayakan oleh orangtuanya untuk dididik dan dibina lebih lanjut. Hendaknya juga dihayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, yaitu " ing Arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani ".  Kepada para pemimpin atau atasan dalam hidup dan kerja bersama dalam bentuk apapun kami harapkan sungguh mengenal para pembantu atau anak buahnya . " Tak kenal tak sayang ",demikian kata sebuah pepatah, yang berarti semakin mengenal akan semakin menyayangi. Marilah kita 'tuntun' anak-anak, peserta didik, bawahan atau anggota, menuju ke tempat yang menyuburkan dan menyehatkan kehidupan phisik maupun spiritual.
·   Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup . "(Kis 11:18). Warta Gembira atau karya penyelamatan yang menuntut pertobatan memang tidak terbatas pada suku dan bangsa tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia di bumi ini, tanpa pandang bulu. Maka kepada segenap umat katolik kami harapkan di dalam hidup bermasyarakat dapat menjadi saksi keamanan atau warta gembira bagi segenap warga masyarakat. Demikian juga kepada para pejabat atau pekerja katolik di perusahaan atau kantor kami harapkan juga dapat   menjadi saksi keamanan dan warta gembira. Tentu saja kita sendiri senantiasa bertobat terus-menerus, artinya siaga untuk terus-menerus diperbaharui sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman. Kiranya kita semua dapat belajar atau bercermin pada para misionaris yang dengan penuh pengorbanan dan pelayanan telah meninggalkan tanah tumpah darahnya guna mewartakan kabar baik atau karya penyelamatan ke tempat yang jauh. Memang mewartakan karya penyelamatan butuh pengorbanan dan pelayanan, sebagaimana juga telah dilakukan Sang Penyelamat yang telah melepaskan kebesaranNya (ke-Allah-annya ) mendatangi umat manusia di bumi ini. Kami berharap semangat berkorban dan melayani sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua. Saling melayani dan berkorban hendaknya terjadi dalam hidup berkeluarga, dihayati oleh seluruh anggota keluarga.
Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Kapan aku bisa datang melihat Allah? "
(Mzm 42:2-3)

Minggu, 29 April 2012

Minggu Paskah IV / Minggu Panggilan Kis 4:8-12; 1Yoh 3:1-2; Yoh 10:11-18 "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"



Romo Dewanta SJ adalah imam SJ, yang baru ditahbiskan ketika bertugas sebagai pastor paroki di sebuah paroki di Timor Timur / Timor Timur. Dalam karya pastoralnya ternyata ia harus menghadapi situasi yang sangat sulit, yaitu perang saudara, antara mereka yang pro-RI dan mereka yang menghendaki lepas dari RI dan menjadi negara sendiri.Mereka yang berkehendak untuk lepas dari RI ternyata menang dan kemudian memaksa mereka yang pro-RI untuk bergabung, dan jika tidak bersedia bergabung akan dihabisi atau dibunuh. Ternyata cukup banyak warga Timor Timur yang tetap setia para RI alias pro-RI, maka karena tertekan mereka berusaha melarikan diri untuk mengungsi ke Timor Barat, wilayah RI. Di pengungsi tersebut ternyata mereka tidak bebas, karena terus dikejar untuk dihabisi. Ada sekelompok umat yang dikejar tersebut bersembunyi di dalam sebuah gereja dimana Romo Dewanta menjadi pastor parokinya. Dalam situasi yang sangat sulit tersebut, Romo Dewanta berusaha melindungi umatnya yang tak bersalah, dan ia berdiri di depan gereja menghadapi mereka, para tentara bersenjata lengkap, yang mengejar umat pro-RI, dan akhirnya Romo Dewanta, tewas, sebagai 'martir', ditembak mati oleh tentara.Saya sungguh mengimani bahwa Romo Dewanta merupakan salah satu teladan " gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ".
" Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya " (Yoh 10:11)
Pada hari Minggu Paskah IV / Minggu Panggilan ini secara kebetulan di Seminari Menengah St.Petrus, Mertoyudan-Magelang, diselenggarakan Novena ke 9/penutupan, dalam rangka mengenangkan 100 th Seminari Mertoyudan, dengan tema " Pastor Server dan Motivator Kharisma ". Novena dengan Perayaan Ekaristi mulai pk 10.00 wib, dan diakhiri dengan makan siang bersama sederhana (soto dan nasi liwet) serta diselingi tari Dayak oleh siswa-siswi SMP Kanisius-Mertoyudan. Tema novena ini kiranya sesuai dengan ajakan Gereja untuk mengenangkan Minggu Panggilan di hari Minggu Paskah IV ini maupun bacaan-bacaan hari Minggu ini.
Pertama-tama saya mengajak rekan-rekan pastor atau imam untuk mawas diri: sejauh mana sebagai pastor sungguh melayani umat alias 'memberikan nyawanya bagi domba-dombanya' maupun kehadiran dan sepak terjangnya senantiasa menjadi motivator charisma umat Allah, entah yang terpanggil sebagai publik maupun biarawan -biarawati?Marilah kita sadari, ingat dan hayati bahwa kita ditahbiskan menjadi imam berpartisipasi dalam imamat Uskup, gembala kita, yang senantiasa berusaha menjadi hamba yang hina dina untuk melayani umat Allah.Sebagai partisipan kita dipanggil untuk mendukung usaha gembala kita ini dengan menjadi server-server untuk umat Allah, yang diserahkan kepada kita untuk digembalakan. Cirikhas pelayan yang baik antara lain: bekerja keras tak kenal waktu, ceria / gembira, dinamis, tanggap, cekatan .. dst .. untuk membahagiakan atau menyelamatkan mereka yang harus dilayani.
Imam berasal dari umat dan untuk umat, maka kesuburan panggilan imamat tergantung dari kwalitas kehidupan umat Allah atau keluarga katolik sebagai tempat munculnya benih-benih panggilan maupun pemekaran benih panggilan. Maka kami berharap kepada segenap umat, khususnya keluarga-keluarga katolik untuk mendukung promosi panggilan imam. Salah satu cirikhas kepribadian yang hendaknya diusahakan adalah ' to man / woman with / for others ', pribadi yang peka akan kebutuhan sesamanya. Kami percaya pada masa kini ada gerakan atau paguyuban doa bersama untuk mendukung panggilan imam, namun kami juga berharap kepada keluarga-keluarga untuk dengan rela dan bangga jika satu atau dua anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster. Hendaknya jangan terjadi: kita berdoa untuk suburnya panggilan, ketika anak saya yang baik ingin menjadi imam, bruder atau suster dilarang.
Mereka yang telah terpanggil menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya juga berpartisipasi dalam promosi panggilan. Cara utama dan pertama-tama untuk promosi panggilan adalah kesaksian hidup terpanggil. Maka baiklah secara khusus kami ingatkan rekan-rekan imam untuk merenungkan dan menghayati ajaran ini, yaitu  " Panggilan imam itu pada hakekatnya panggilan untuk kekudusan, dalam corak yang sesuai dengan Sakramen tahbisan. kekudusan berarti bermesraan dengan Allah, mengikuti Kristus yang miskin, murni dan rendah hati. kekudusan itu cintakasih tanpa syarat terhadap jiwa-jiwa, dan penyerahan diri sendiri untuk mereka dan demi kesejahteraan mereka yang sejati. kekudusan berarti mengasihi Gereja yang suci dan menghendaki kita menjadi suci, karena itulah misi yang oleh Kristus dipercayakan kepadanya. Anda masing-masing harus menjadi kudus pula untuk membantu saudara-saudari Anda menempuh panggilan mereka menuju kesucian " (Paus Yohanes Paulus II: Anjuran Apostolik, Pastores Davo Vobis,   25 Maret 1992, no 33)
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam kondisi -Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci . " (1Yoh 3:2-3)
Yang dimaksud dengan 'anak-anak Allah' tidak lain adalah kita semua yang sungguh mempersembahkan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, yang senantiasa menaruh pengaharapan kepada maupun "menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci ". Maka marilah kita sebagai umat beriman, entah keyakinan atau agamanya apapun, kami ajak untuk bekerja sama mengusahakan kesucian hidup kita, bermesraan dengan Allah kapan pun dan dimana pun dalam hidup sehari-hari. Secara khusus untuk umat Katolik yang memiliki pelindung santo atau santa kami harapkan hidup dan bertindak meneladan santo atau santa yang menjadi pelindungnya.
Ketika kita dilahirkan di dunia ini masing-masing dari kita kiranya dalam keadaan suci adanya, dan memang begitu tumbuh berkembang menjadi dewasa, seiring dengan pertambahan usia, ternyata kesucian tersebut terus mengalami erosi. Maka jika di dalam diri kita ada apa yang baik, mulia, suci, benar dst .. kiranya sungguh merupakan anugerah Allah.Marilah kita renungkan atau refleksikan kutipan ini, yaitu bahwa "keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. "(Kis 4:12 ).
Menaruh pengharapan kepada Allah berarti juga mendambakan selamat dari Allah. Jika kita sungguh mendambakan aman baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual, hendaknya kita senantiasa setia melaksanakan atau menghayati sabda-sabdanya sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Cukup menarik bahwa kitab itu disebut suci, yang berarti isinya memang suci dan siapapun yang melaksanakan isi kitab suci berarti berusaha untuk menjadi suci. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk rajin dan setia membaca dan merenungkan sabda-sabda yang tertulis di dalam Kitab Suci, sebagaimana dengan rendah hati juga kami usahakan dan kemudian kami sebarkan setiap hari. Kalau Anda   tidak memiliki Kitab Suci, kiranya dapat menggunakan apa yang saya sampaikan setiap hari.
Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi Keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN . "
(Mzm 118:21-23.26)

Sabtu, 28 April 2012

" Apakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? " (Kis 9:31-42; Yoh 6:60-69)



"Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata:" kata ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya? "Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka : "Apakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Kata-kata yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya. "Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata:" Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya. "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya:" Apakah kamu tidak mau pergi juga? "Jawab Simon Petrus kepada-Nya:" Tuhan , kepada siapakah kami akan pergi? Kata-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah . "(Yoh 6:60-69), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jika kita berkehendak untuk tumbuh berkembang dalam iman, maka setiap saat ada kemungkinan kita mengalami atau menerima hal-hal yang tak masuk akal, entah itu berupa perbuatan maupun perkataan atau ajaran. Para murid telah menerima kata yang tak masuk akal dari Yesus, yaitu jika mendambakan hidup kekal hendaknya mengimani bahwa 'roti' yang diberikan oleh Yesus sebenarnya adalah tubuh atau dagingnya sendiri. Mendengar kata itu cukup banyak orang meninggalkannya, tetapi para murid dalam iman menanggapi: " Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi kata-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah ". Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan dibaptis secara katolik kiranya kita sering menerima komuni kudus berupa 'roti tawar' yang kita imani sebagai Tubuh Kristus. Maka dengan ini kami mengajak Anda sekalian yang telah dan sering menerima komuni kudus untuk hidup dan bertindak sesuai dengan iman, yaitu senantiasa setia menghayati atau melaksanakan sabda-sabda Tuhan di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kiranya kita dapat belajar dari dan meneladan santo-santa, pelindung kita masing-masing, yang hemat saya telah menghayati atau melaksanakan secara total sabda Tuhan, yang mungkin hanya ayat-ayat tertentu saja. Maka baca dan renungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci dan ketika ada ayat yang mendeteksi, hendaknya terus direnungkan dan dihayati. Ingat pesan ini, yaitu " Bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang jiwa " (St Ignatius Loyola, LR no 2)
·     " Segeralah datang ke tempat kami. " (Kis 9:38 c), demikian permintaan para murid di Lida kepada Petrus. Mendengar kata-kata atau permintaan itu, tanpa takut dan gentar, melainkan dengan bergairah dan cepat-cepat, Petrus pun berangkat. Petrus percaya ada sesuatu yang penting di balik permintaan atau kata-kata tersebut, dan kiranya Petrus menghayatinya sebagai kata-kata atau permintaan dari Tuhan. Akhirya 'dalam nama Yesus yang telah wafat dan bangkit dari mati', Petrus membangkitkan orang yang telah meninggal dunia atau mati. Kita semua dipanggil untuk meneladan Petrus; mungkin mujizat yang terjadi melalui diri kita tidak sebesar apa yang terjadi dengan Petrus. Di dalam hidup dan kerja kita setiap hari, kiranya kita sering melihat atau menghapi orang-orang yang lesu, tak bergairah atau putus asa dalam hidupnya, karena harus menghadapi tantangan, masalah atau hambatan yang banyak dan besar. Baiklah, 'dalam nama Yesus' kita datangi mereka dan kita bangunkan mereka daari kelelahan, ketidak-gairahan maupun keputus-asaan. Percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari mati berarti senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh Rohnya, yang menghidupkan, menggairahkan dan membangkitkan. Percayalah bahwa 'dalam nama Yesus, Tuhan' kita akan mampu menggairahkan dana membangkitkan mereka yang lesu dan putus asa. Dalam Tuhan lihat dan tunjukkan apa-apa yang baik atau yang menjadi kekuatan dalam diri orang yang bersangkutan, kemudian ajaklah mereka untuk melakukan apa yang baik tersebut atau menciptakan kekuatannya dalam tindakan atau perilaku. Dengan kata lain kami harapkan kita senantiasa berpikiran positif terhadap siapapun, sebagai bukti bahwa kita beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati dan hidup sesuai dengan Rohnya. Hendaknya pantang menyerah dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah.
Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya TUHAN , aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! " (Mzm 116:12-16)

Jumat, 27 April 2012

"Setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu " (2Tim 4:1-8; Mat 7:21-27)



Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! " "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya. "( Mat 7:21-27), demikian kutipan Warta Gembira dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus Kanisius hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    St.Petrus Kanisius menjadi pelindung beberapa karya pastoral SJ atau SJ terlibat didalamnya, misalnya: Kolese Kanisius - Jakarta, Yayasan Kanisius - Semarang, Seminari Menengah Mertoyudan dst ..Jika Anda membuka situs Google dan kemudian mencari gambar orang suci / santo-santa, maka Anda akan menemukan dua orang suci yang digambarkan lain dari yang lain, yaitu St.Ignatius Loyola dan St.Petrus Kanisius. Kedua orang suci ini digambarkan sedang bekerja, dan memang demikianlah salah satu spiritualtas Ignatian, yaitu 'bekerja dalam Tuhan' atau menemukan Tuhan dalam segala sesuatu, antara lain kerja / tugas sehari-hari, yang menyita banyak waktu dan tenaga kita setiap hari. Maka bacaan Injil yang diambil dalam rangka mengenangkan St.Petrus hari ini adalah sabda Yesus yang begitu menekankan pentingnya penghayatan, pelaksanaan, perilaku atau kerja. " Setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu ", demikian sabda Yesus.Kutipan ini juga kami ambil untuk ditulis di bawah patung St.Petrus Kanisius, di halaman Seminari Menengah Mertoyudan. Sabda Yesus ini kiranya diarahkan kepada siapapun yang percaya atau beriman kepadaNya, entah secara formal maupun informal. Keunggulan hidup beragama atau beriman terletak dalam penghayatan atau perilaku / tindakan, bukan diskusi atau omongan. Motto Petrus Kanisius yang sering diangkat adalah " persevere ", bekerja keras. " Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu " (Prof Dr Edi Setyawati / edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka - Jakarta 1997 , hal 10). Maka kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa bekerja keras dalam melakukan apapun, melaksanakan tugas atau kewajiban.
·    Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya " (2Tim 4:7-8), demikian kesakian iman Paulus, yang selayaknya juga menjadi kesaksian iman kita. Marilah kita selesaikan aneka tugas, panggilan dan kewajiban pada waktunya, jangan ditunda-tunda; syukur selesai lebih awal dari waktu yang diharapkan atau ditentukan. Sebagaimana seorang petani yang bertugas mencangkul setiap hari: jika satu hari dapat melakukan seratus kali cangkulan berarti setahun sudah ribuan cangkulan dilakukan. Maka kepada mereka yang sedang membaca buku, bacalah setiap hari buku setebal apapun dengan tekun dan teliti, sehingga dalam waktunya isi seluruh buku akan dikuasai; demikian pula mereka yang sedang bertugas mengerjakan sesuatu, kerjakan terus dengan tekun agar pada waktunya tugas dapat diselesaikan dengan baik dan memuaskan. Tegorlah dalam kasih dan kesabaran mereka yang suka menganggur atau bermalas-malasan. Didiklah anak-anak Anda untuk menjadi pekerja keras demi masa depan mereka dengan teladan konkret dari Anda, sebagai orangtua. Para pelajar, belajarlah sehingga terampil dalam belajar, sedangkan para pekerja, bekerjalah sehingga terampil dalam bekerja.
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan. Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta " (Mzm 119:9-14)

Kamis, 26 April 2012

"Jika seorang makan roti ini ia akan hidup selamanya" (Kis 8:26-40; Yoh 6:44-51)



"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6: 44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jenis makanan yang kita konsumsi memang akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh kita maupun hidup spiritual kita. Ada rumor: mayoritas orang Indonesia ini yang dikomsumsi adalah 'rumput'/daun atau sayuran, sedangkan orang Eropa makan daging, maka tidak mengherankan orang Indonesia lebih mengandalkan otot daripada otak, phisik bukan spiritual. Di sekolah-sekolah senantiasa diajarkan perihal 'empat sehat, lima sempurna', yang berarti jika mau sehat hendaknya mengkonsumsi nasi/jagung/ubi, sayuran, daging/telor dan buah-buahan, sedangkan jika mendambakan sempurna tambahlah susu. Maklum banyak orang mengkonsumsi makanan dan minuman hanya mengikuti selera pribadi, bukan mengikuti pedoman hidup sehat. Jika dalam hal makan dan minum saja tidak sehat, apalagi dalam hal pelaksanaan atau penghayatan sabda atau perintah Allah. "Akulah roti hidup yang turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia", demikian sabda Yesus. Kita yang percaya kepada Yesus Kristus hal itu berarti setiap kali kita menerima komuni kudus dijanjikan untuk hidup selama-lamanya. Janji dari Allah setia adanya, dan kiranya dari pihak kita juga dituntut setia, yaitu setia melaksanakan dan menghayati perintah atau sabdaNya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari alias dengan rendah hati berusaha untuk menjadi suci, membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Jika selama hidup di dunia ini kita sungguh membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ketika dipanggil Tuhan alias meninggal dunia kita akan menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.
·   Malaikat Tuhan berfirman kepada Filipus: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi." (Kis 8:26). Dengan taat dan setia Filipus melakanakan perintah Allah melalui malaikatNya. Ia berjalan menuju ke selatan sampai di Kaisarea untuk memberitakan Injil, mewartakan kabar baik, menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa. Marilah kita meneladan Filipus: ke arah mana kita berjalan atau bepergian hendaknya kita senantiasa menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia, dan untuk itu tentu saja jiwa kita sendiri selamat adanya. Jiwa selamat berarti cara hidup dan cara bertindak dimana pun dan kapan pun baik adanya, sehingga dampak hidup dan tindakannya mempengaruhi orang lain untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, setia pada panggilan dan tugas pengutusannya. Dikatakan bahwa jalan yang dilalui oleh Filipus adalah 'jalan yang sunyi', berarti orang harus berani berjalan sendirian dalam kesunyian; ia, meskipun sendirian, dapat dihandalkan setia pada panggilan dan tugas pengutusan, serta tidak menyeleweng dari panggilan dan tugas pengutusannya. Cukup banyak orang takut dalam kesunyian atau sendirian, atau bahkan ketika sedang sendirian kemudian hidup seenaknya, semau gue, mengikuti selera atau keinginan pribadi, karena merasa tidak ada orang lain yang mengetahui. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa sebagai orang beriman, meskipun secara phisik kita sendirian, sebenarnya kita tidak pernah sendirian, karena Tuhan menyertai dan mendampingi kita. Maka ketika secara phisik sendirian hendaknya orang bersyukur dan berterima kasih, karena ada kesempatan untuk bermesra-mesraan dengan Tuhan tanpa gangguan. Bukankah kita sering menyepi atau menyendiri agar dapat menikmati kebersamaan dengan Tuhan?
"Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel. Gunung Allah gunung Basan itu, gunung yang berpuncak banyak gunung Basan itu! Hai gunung-gunung yang berpuncak banyak, mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan-Nya? Sesungguhnya TUHAN akan diam di sana untuk seterusnya!
(Mzm 68:8-9.16-17)

Rabu, 25 April 2012

"Beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (1Pet 5:5b-14; Mrk 16:15-20)



" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Markus, pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai murid atau pengikut Yesus Kristus, Kabar Gembira dari Allah, kita semua dipanggil untuk menjadi pewarta kabar gembira juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kabar gembira yang diharapkan antara lain: mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, berbahasa baru, yaitu bahasa spiritual. Setan menggejala dalam aneka bentuk kejahatan atau tindakan amoral yang dilakukan orang, sedangkan orang yang menderita sakit ada dimana-mana, tentu saja tidak hanya sakit tubuh, tetapi juga sakit hati, sakit jiwa, atau sakit akal budi. Marilah kita berantas dan lawan aneka macam bentuk kejahatan dan perilaku amoral di lingkungan hidup dan kerja kita. Mereka yang sakit hati hendaknya didatangi dan dengan rendah hati serta lemah lembut diajak untuk tidak sakit hati lagi. Orang sakit hati pada umumnya karena disakiti oleh orang lain, maka ajaklah mereka untuk mengampuninya. Sedangkan sakit jiwa berarti orang-orang yang kurang menerima perhatian atau kurang menghayati kasih dan perhatian yang telah diterima secara melimpah ruah, maka sadarkan mereka bahwa mereka telah menerima perhatian dan kasih melimpah ruah dari Allah melalui sesamanya. Mereka yang sakit akal budi berarti bodoh secara intelektual hendaknya didampingi dalam dan dengan kasih kasih serta kebebasan Injili, agar tumbuh berkembang sebagai orang yang cerdas atau pintar. Berbahasa spiritual yang kami maksudkan adalah hidup dan bertindak tidak hanya sampai pada tatanan manusiawi, melainkan sampai tingkat spiritual. Kemana pun kita pergi dan dimana pun kita berada, marilah kita wartakan apa yang baik dan menyelamatkan, tanpa takut dan gentar dalam menghadapi aneka macam tantangan, masalah dan hambatan.
·   "Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus" (1Pet 5:14), demikian nasehat Petrus. Nasehat Petrus ini kiranya merupakan salah satu wujud atau bentuk cara memberitakan kabar baik atau kabar gembira kepada orang lain. Kita diajak dan diingatkan untuk saling memberi salam dengan cium yang kudus. Saya percaya ciuman merupakan salah satu bentuk yang handal dan disenangi banyak orang dalam rangka memberi salam. Mungkin bagi kita orang Timur atau kuno hal itu belum terbiasa, tetapi bagi orang Barat/'modern' hal itu sudah merupakan kebiasaan. Anda yang sedang saling berpacaran atau bertunangan kiranya sungguh menghayati ciuman sebagai ciuman kudus, karena dengan saling ciuman berarti anda semakin saling mengasihi dan kasih sejati berasal dari Allah. Sedangkan para suami-isteri kiranya telah terbiasa untuk saling berciuman mesra sebagai wujud saling mengasihi. Dalam hidup sehari-hari kita sering saling memberi salam, yang berarti saling mengharapkan untuk senantiasa hidup selamat dan damai sejahtera. Semoga harapan tersebut tidak hanya manis di mulut saja, melainkan juga menjadi manis dan nikmat dalam tindakan atau perilaku, yang berarti hidup saling mengasihi dengan lemah lembut dan rendah hati dimana pun dan kapan pun. Ciuman berarti mulut bertemu dengan mulut atau lidah bertemu dengan lidah. Mulut atau lidah merupakan salah satu anggota tubuh kita yang penting dan utama. Ingat dan sadari bahwa cara hidup dan cara bertindak kita sungguh dibina dan dididik oleh apa yang kita makan dan minum dengan atau melalui mulut dan lidah. Biasakan makan dan minum apa yang sehat, bukan apa yang enak, agar kelak kemudian anda sendiri akan sehat dan bergembira selalu serta kemudian dengan senang hati memberitakan apa yang baik dan menyelamatkan kepada orang lain, dimana pun dan kapan pun.
" Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Sebab itu langit bersyukur karena keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN, bahkan karena kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus.Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti TUHAN di antara penghuni sorgawi?" (Mzm 89:2-3.6-7)

Selasa, 24 April 2012

" Barangsiapa datang kepadaKu ia tidak akan lapar lagi " (Kis 7:51-8:1 a; Yoh 6:30-35)



"Maka kata mereka kepada-Nya:" Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga. "Maka kata Yesus kepada mereka:" Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. "Maka kata mereka kepada-Nya:" Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa. "Kata Yesus kepada mereka:" Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada- Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi "(Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Ada orang-orang tertentu yang melaksanakan latutapa berhari-hari, tanpa makan dan minum, dan tinggal sendirian di tempat sepi atau hening. Mereka melakukan hal itu dengan tujuan utama agar senantiasa dekat dengan Tuhan atau Yang Ilahi, maka meskipun tanpa makan dan minum berhari-hari mereka merasa tak pernah kelaparan atau kehausan dan tak pernah mengeluh atau menggerutu. " Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi ", demikian sabda Yesus, yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Kenyang dan nikmat dalam Tuhan, itulah yang kiranya kita usahakan bersama-sama sebagai umat beriman atau beragama. Memang rasanya tak mungkin untuk kita semua untuk tanpa makan dan tanpa minum berhari-hari, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk menghayati sabda Yesus di atas dengan senantiasa hidup dan bertindak dalam Tuhan.Jika kita senantiasa hidup dan bertindak dalam Tuhan, maka apapun yang harus kita lakukan, apa yang harus kita makan dan minum, akan enak dan nikmat adanya. Dalam hal makan dan minum, misalnya, hendaknya makan dan minum dalam dan dengan iman, sehingga dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, bukan enak / nikmat dan tidak enak / nikmat. Apa yang enak dan nikmat pada umumnya kurang atau tidak sehat, tidak menjamin kesehatan dan kehandalan tubuh, sehingga orang yang bersangkutan mudah jatuh sakit, tidak memiliki daya tahun tubuh yang handal dalam menghadapi dan mengerjakan aneka tugas dan pekerjaan berat.
·     " Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! "(Kis 7:60), demikian kata terakhir Stefanus, sebelum meninggal karena dirajam oleh musuh-musuhnya. Kata-kata ini keluar dari Stefanus, karena ia sungguh kenyang dalam Tuhan, hidup dan bertindak dalam Tuhan kapan pun dan dimana pun. Meskipun ia dirajam dengan batu, dilempari dengan batu sampai mati, ia tidak mengeluh dan menggerutu, tidak membenci dan balas dendam terhadap musuh-musuhnya, tetapi mengampuni dan mendoakannya. Kiranya Stefanus meneladan Yesus yang tergantung di puncak kayu salib, dalam puncak penderitaannya, sehingga ia juga diangkat sebagai martir pertama di dalam Gereja.Kami percaya bahwa kita semua sering mengalami ancaman atau disakiti oleh orang lain, dan pada umumnya secara otomatis kita mudah marah dan membenci mereka yang mengancam dan menyakiti kita.Sebagai umat beriman kami ajak Anda sekalian: marilah meneladan Stefanus, sebagai tanda atau bukti bahwa kita sungguh membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hendaknya jangan marah, mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi aneka tantangan, masalah, atau hambatan, entah itu karena kesetiaan iman kita maupun kesambalewaan kita dalam menghayati iman. " Gagal atau sukses, hendaknya selalu bersyukur ", demikian salah satu isi motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Saya percaya kepada Anda sekalian, para orangtua, pasti memiliki pengalaman sebagaimana dialami oleh Stefanus, misalnya ketika anak-anak mengganggu Anda, Anda tidak marah , mengeluh atau menggerutu, lebih-lebih ketika anak-anak masih kecil atau bayi. Hendaknya pengalaman tersebut terus dikembangkan dan diperdalam serta disebarluaskan dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Didik dan dampingi anak-anak Anda dalam hal ini, terutama dengan teladan atau kesaksian hidup Anda.
"Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku "(Mzm 31:3 c-4)

Senin, 23 April 2012

"Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" (Kis 6:8-15; Yoh 6:22-29)


" Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang setelah ditraktir makan pada umumnya terkesan kepada yang mentraktir, sehingga ia rindu untuk bertemu dengannya. Demikianlah yang terjadi dengan orang banyak setelah dikenyangkan dengan roti, yang telah digandakan oleh Yesus, mereka berusaha untuk mencari Yesus. Namun Yesus meningkatkan kerinduan mereka, yaitu tidak berhenti pada roti atau  hal-hal phisik, melainkan hal-hal spiritual atau rohani, yaitu kehendak Allah. "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah", demikian sabda Yesus kepada orang banyak yang mencariNya. "Dia yang telah diutus Allah" tidak lain adalah Yesus, maka marilah kita percaya sepenuhnya kepada Yesus, yang berarti senantiasa melaksanakan sabda-sabdaNya maupun meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal", demikian sabda Yesus, yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Makanan yang tidak dapat binasa tidak lain adalah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, dan kiranya sejak kecil di dalam keluarga kita telah diberi makanan-makanan tersebut, maka marilah kita kenangkan, perdalam dan perkembangkan aneka keutamaan atau nilai kehidupan yang telah kita terima melalui orangtua maupun para guru di sekolah-sekolah. Saya pribadi sangat terkesan dengan tegoran atau nasihat bapak saya almarlum yang saya terima ketika saya masih kecil, yaitu "Barang katon wae ora biso nggarap, ojo maneh sing ora katon" (=Apa yang kelihatan saja tidak dapat mengerjakan, apalagi yang tidak kelihatan).
·   "Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini -- anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria -- bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara." (Kis 6:8-10), demikian berita perihal Stefanus yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan dorongan Roh Kudus, bukan mengikuti kehendak dan keinginan pribadi. Jika kita hidup dan bertindak dalam dan atas nama Tuhan atau Roh Kudus, maka tak seorangpun dapat melawan atau mengalahkan kita. Marilah kita meneladan Stefanus, "yang penuh dengan karunia dan kuasa",anugerah Tuhan. Karunia dan kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan tidak lain adalah aneka macam  budi pekerti luhur atau keutamaan-keutamaan iman, harapan dan kasih. Kita semua adalah orang beriman, maka marilah kita hayati iman kita dengan penuh harapan, artinya dengan bergairah, dinamis serta tidak kenal lelah hidup dan bertindak berdasarkan iman, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak saling mengasihi. Percayalah jika kita hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih, maka tak seorangpun mampu menghalangi dan melawan cara hidup dan cara bertindak kita. Setiap manusia diciptakan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih, maka ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan kasih, mereka pasti akan takluk kepada kita. Ingatlah dan sadari binatang sebuas apapun ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan kasih dapat ditaklukkan dan kemudian menjadi sahabat, apalagi manusia.
"Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib." (Mzm 119:23-24.26-27)

Minggu, 22 April 2012

Minggu Paskah III Kis 3:13-15.17-19; 1Yoh 2:1-5a: Luk 24:35-48 "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?"



Anggota keluarga atau anak-anak yang baru saja ditinggal mati oleh orangtuanya, sehingga tidak punya orangtua lagi, pada umumnya pada hari-hari setelah kematian tersebut bercakap-cakap untuk membicarakan masalah warisan orangtua, entah itu yang bersifat phisik maupun spiritual. Secara phisik mungkin bercakap-cakap bagaimana membagi warisan kekayaan harta benda atau uang, sedangkan secara spiritual adalah saling mensharingkan pengalaman pribadinya perihal aneka nasehat, teladan, pengalaman dst..dari orangtua, yang begitu mengesan dalam hati serta mempengaruhi cara hidup dan cara bertindaknya. Dalam percakapan macam itu pasti ada pribadi-pribadi tertentu yang was-was, ragu-ragu atau dalam kekhawatiran. Namun jika suatu saat ingat akan nasehat atau petuah yang baik dari orangtuanya kiranya yang bersangkutan menjadi tenang, tidak ragu-ragu lagi. Begitulah kiranya yang terjadi di lingkungan para murid, yang sedang bercakap-cakap perihal segala sesuatu yang mereka dengar perihal penampakan Yesus yang telah bangkit dari mati, tiba-tiba Ia menampakkan Diri kepada mereka. Untuk mengobati keraguan mereka, maka Yesus pun minta makanan untuk dimakan, sehingga  mereka tahu dan mengimani apa yang dikisahkan dalam Kitab Suci, "Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci".
"Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"(Luk 24:36).
Jika kita sedang mengalami frustrasi atau ragu-ragu hendaknya kita bercakap-cakap atau bercurhat tentang segala sesuatu yang telah terjadi atau secara pribadi mengadakan refleksi. Awali percakapan atau refleksi anda dengan doa, agar dalam terang RohNya anda menerima pencerahan, penerangan atau penyingkapan hal baik yang membuat anda tidak ragu-ragu lagi, melainkan diteguhkan dan dikuatkan dalam menghadapi aneka masalah kehidupan, serta dalam memahami atau mengerti isi Kitab Suci. Kami percaya bahwa dalam hidup bersama maupun pribadi terdapat apa yang baik lebih banyak dari pada apa yang buruk atau jahat, maka pertama-tama dalam percakapan atau refleksi hendaknya dicari atau ditemukan apa-apa yang baik.
Di dalam percakapan bersama carilah pertama-tama kekuatan dan kesempatan atau peluang, baru kemudian kelemahan dan ancaman, demikian juga dalam refleksi atau mawas diri secara pribadi. Ada baiknya juga dalam percakapan bersama juga ada makan bersama apa adanya, tidak perlu mewah dan enak, namun sehat meskipun sederhana. Ia yang telah bangkit hadir dan berkarya dalam diri mereka yang berkehendak baik berupa kekuatan serta keberanian untuk mengaplikasikan kekuatannya menerobos aneka kesempatan atau peluang untuk berbuat baik, melakukan apa yang baik, benar dan menyelamatkan. Jika anda mampu melihat dan mengimani cukup banyak kekuatan dan peluang yang ada, maka 'damai sejahtera' akan menyertai anda, sehingga hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda dalam keadaan segar, ceria dan gembira.
Kesegaran, keceriaan dan kegembiraan hati, jiwa, akal budi dan tubuh merupakan modal atau kekuatan luar biasa untuk mengerti dan memahami isi Kitab Suci maupun aneka dokumen penting dalam kehidupan bersama. Yesus yang telah wafat dan bangkit dari mati memang senantiasa menampakkan Diri kepada mereka yang percaya kepadaNya untuk menyampaikan damai sejahtera. Damai sejahtera merupakan dambaan dan kerinduan semua orang, dan kiranya damai sejahtera hanya dapat diusahakan dengan sukses dalam kesegaran, keceriaan dan kegembiraan, sebagai penghayatan bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Beriman kepadaNya pasti senantiasa segar, ceria dan gembira kapan pun dan dimana pun. Kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan dalam kesegaran, keceriaan dan kegembiraan bagi anak-anaknya, karena Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri anda sebagai suami-isteri. Senantiasa ceria dan gembira juga tahan terhadap aneka serangan virus penyakit, sehingga tidak mudah jatuh sakit.

"Inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah" (1Yoh 2:3-5a)
Kita semua berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan kembali kepada Allah, hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga jika dalam perjalanan hidup dan tugas kita di dunia ini kita sungguh mengenal Allah, yang berarti senantiasa menuruti dan melaksanakan semua firman Allah dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Orang yang senantiasa menghayati firman Allah berarti 'sungguh sudah sempurna kasih Allah' dalam dirinya.
Mungkin bagi kita semua sulit untuk menjadi sempurna dalam kasih Allah, namun demikian hendaknya kita terus berusaha dengan keras, tekun dan rajin terus menerus. Pelatihan untuk tumbuh berkembang dalam kasih Allah antara lain dapat kita usahakan dengan saling mengenal antar kita dalam keluarga, tempat kerja, komunitas dst.., sehingga juga saling mengasihi. Maka pertama-tama marilah kita usahakan agar kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama sungguh saling mengenal satu sama lain. Ingat pepatah Jawa  "witing tresno, jalaran kulino" (= pohon atau awal kasih adalah kebiasaan bertemu), maka usahakan selalu hadir dalam pertemuan bersama di dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja dst…
"Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan" (Kis 3:17-19), demikian kata/kotbah Petrus kepada para pendengarnya. Jika kita jarang atau tidak pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan saudara-saudari kita, maka piciklah pengetahuan kita, dan kita tidak tumbuh berkembang sebagaimana kita rindukan atau dambakan. Peringatan Petrus "sadarlah dan bertobatlah", merupakan ajakan bagi kita semua untuk senantiasa membuka diri terhadap aneka informasi, perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di masyarakat maupun di dunia ini, sehingga kita diperbaharui terus menerus.
Jika dalam pertemuan atau percakapan kita bicarakan atau sharingkan apa-apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, maka kita akan diperkarya dengan pengetahuan atau pemahaman isi Kitab Suci dan ada kemungkinan untuk bertobat atau diperbaharui terus menerus. Mereka yang dulu tidak percaya kepada Yesus Kristus menjadi percaya dan kemudian minta dibaptis sebagai bukti pertobatan mereka, atau yang semua berbuat jahat kemudian bertobat dengan senantiasa berbuat baik, melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, khususnya keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Semakin kaya akan pengetahuan ada kemungkinan semakin bijak dalam cara hidup dan bertindak serta dengan demikian senantiasa hidup dalam damai sejahtera dalam situasi dan kondisi apapun.
"Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya. Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mzm 4:2.4.7.9)

Sabtu, 21 April 2012

"Aku ini jangan takut" (Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)



"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui" (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup adalah sebuah perjalanan, sejak kita dilahirkan sampai mati atau dipanggil Tuhan. Memang di dalam perjalanan kita tidak tanpa beban, tugas atau pekerjaan, entah berat atau ringan. Kita berjalan terus agar tumbuh bekembang menjadi pribadi sebagaimana kita harapkan atau dambaan. Kiranya dalam perjalanan ini kita sering merasa takut atau khawatir, karena harus menghadapi 'gelombang kehidupan' berupa tantangan, masalah atau hambatan. Jika kita mengandalkan kekuatan atau kemampuan pribadi selayaknya kita takut atau khawatir, tetapi jika kita berjalan bersama dengan Tuhan tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun. "Aku ini, jangan takut", demikian sabda Yesus kepada para murid yang ketakutan karena dalam perjalanan di danau diombang-ambingkan oleh gelora gelombang karena angin kencang. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup kita melalui RohNya. Hadapilah aneka tantangan, masalah dan hambatan dalam dan oleh Roh, dengan kata lain hadapi dengan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan ini, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Hidup dan bertindak dijiwai oleh keutamaan-keutamaan ini kita pasti akan sukses dalam mengerjakan atau melaksanakan aneka tugas, pekerjaan dan kewajiban kita; kita dapat mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan dengan baik. Hendaknya kita tidak menjadi penakut, melainkan pemberani, bukan dengan mengandalkan kekuatan atau kemampun diri pribadi, melainkan rahmat atau anugerah Ilahi, pendampingan dan penyertaan Roh yang terus-menerus berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.
·   "Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya." (Kis 6:7), demikian berita gembira perihal buah karya pelayanan para rasul. Kesuksesan pelayanan para rasul ini terjadi karena Tuhan senantiasa menyertai atau mendampingi mereka dan mereka mengimani sepenuhnya penyertaan atau pendampinganNya. Hal ini kiranya menjadi pelajaran yang baik bagi kita semua umat beriman dalam rangka melaksanakan aneka tugas, pekerjaan dan kewajiban. Hendaknya dalam semangat iman kita bekerja, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Para pendiri bangsa atau bapak bangsa kita, yang terdiri dari aneka suku pada waktu itu hemat dalam dan dengan semangat iman mereka memaklumkan kemerdekaan Negara serta mengisi kemerdekaan dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pemberian diri bagi bangsanya, sehingga Negara kita berdiri teguh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Kami juga berharap kepada segenap umat beriman atau beragama: jika anda mendambakan iman atau agama anda tumbuh berkembang, semakin banyak orang menggabungkan diri ke dalam iman atau agama anda, hendaknya senantiasa menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Aneka pengetahuan agama, kitab suci atau iman hendaknya tidak berhenti dalam pengetahuan saja, melainkan menjadi nyata dalam penghayatan. Hemat saya semua agama mengajarkan cintakasih sebagai ajaran yang utama, maka marilah kita segenap umat beragama hidup dan bertindak dalam dan dengan cintakasih. Ingat dan sadari bahwa suami-isteri saling mengasihi sehingga bertambahlah keturunan atau anak-anak; maka hal yang sama juga akan terjadi yaitu jika kita hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun dengan saling mengasihi, percayalah buah melimpah yang menyelamatkan  dan membahagiakan akan terwujud.
"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)

Jumat, 20 April 2012

"Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan" (Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)



"Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri." (Yoh 5:1-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kisah sebagaimana diceriterakan dalam Warta Gembira hari ini divisualisasikan ke dalam sebuah ikon (kaca) yang terpasang di atas tabernakel di kapel Kolese Kanisius – Jakarta. Kisah ini juga mengingat-kan saya akan suatu pengalaman yang sangat mengesan, yaitu ketika saya bepergian/dalam penerbangan dengan pesawat KLM dari Jakarta ke Amsterdam. Kebetulan di dalam pesawat tersebut saya memperoleh tempat  duduk dekat gang dan disamping saya adalah anak kecil, laki-laki, kurang lebih berusia 13 tahun, bersama ibunya yang duduk di kursi dekat jendela. Di tengah perjalanan, di tengah malam, tiba-tiba sang anak minta diambilkan tas kecil di dalam bagasi, dan kemudian dibukanya tas itu serta diambil roti-roti yang terbungkus plastik. Tiba-tiba anak tersebut menegor saya seraya mengulurkan bungkusan roti yang telah terbuka :"Please, take one". Saya sunggu terharu pada anak kecil ini. Bukankah apa yang dilakukan anak ini sesuai dengan anak dalam kisah Warta Gembira hari ini, yang memiliki 'lima potong roti dan dua ikan', kemudian dipersembahkan kepada Tuhan Yesus, diberkati dan berlipat-gandalah roti dan ikan tersebut sehingga ribuan orang lapar dapat makan sampai kenyang? "Berbagi dan peduli", itulah tema APP yang baru saja kita renungkan dan refleksikan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk hidup dan bertindak social, peka terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita. Jauhkan aneka bentuk keserakahan dalam hidup anda.
·   "Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias" (Kis 5:41-42). "Menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus", inilah yang kiranya baik kita renungkan dan hayati. Dalam melaksanakan tugas pengutusanNya Yesus telah menderita, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati, maka selayaknya jika kita setia sebagai murid, pengikut atau sahabat Yesus pada suatu saat harus menderita aneka penghinaan, pelecehan atau cemoohan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang hidup dan bertindak tanpa iman. Penderitaan yang lahir atau muncul karena kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusanm adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka ketika harus menderita demikian itu hendaknya tatap bergembira dan bergairah. Keberanian anda dalam Nama Tuhan untuk menderita akan menghasilkan buah-buah keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang membahagiakan dan menyelamatkan. Sabar datangnya dari penderitaan harus menunggu atau antri, lemah lembut dan rendah hati datang ketika direndahkan atau dilecehkan, dst… Marilah kita setia untuk melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, meskipun untuk itu kita harus menerima aneka penderitaan.
"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN"
(Mzm 27:13-14)

Kamis, 19 April 2012

"Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya" (Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36)



" Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3;31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, Ia telah datang dari sorga dan turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Dalam cara hidup dan cara bertindakNya Ia senantiasa "memberi kesaksian tentang apa yang dilihatNya dan apa yang didengarNya" , yang tidak lain adalah kebenaran sejati. Maka siapapun yang percaya kepadaNya mengakui bahwa Allah adalah benar serta menerima anugerah Roh dengan tak terbatas, serta kemudian meneladan Yesus dengan memberi kesaksian tentang apa yang dilihat dan didengarnya. Karena menerima anugerah Roh dan dengan demikian hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh, maka yang dilihat dan didengarkan tidak lain adalah apa-apa yang membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa. Kebahagiaan atau keselamatan jiwa merupakan dambaan, harapan, cita-cita yang utama dan pertama-tama serta mengatasi aneka dambaan, harapan dan cita-cita lainnya. Dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak orang yang hidup dari dan oleh Roh bercirikhas spiritual, tidak hanya social atau phisik. Ia senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih dimana pun dan kapan pun, menyadari dan menghayati diri sebagai cintakasih atau angerah Allah, yang kemudian menyalurkan cintakasih atau anugerah Allah kepada siapapun dan dimanapun. Cara hidup dan cara bertindak orang yang hidup dari dan oleh Roh juga memotivasi orang lain untuk menyadari dan menghayati diri sebagai cintakasih atau anugerah Allah, serta kemudian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.
·    "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." (Kis 5:29-32), demikian jawaban Petrus dan para rasul kepada Imam Besar di dalam Mahkamah Agama. "Harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia", inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Kita semua berasal dari Allah dan pada waktunya diharapkan kembali kepada Allah, maka selayaknya jika kita lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Di dalam hidup kita bersama kita memiliki aneka tata tertib atau aturan yang harus kita hayati atau laksanakan. Hemat saya semua tata tertib atau aturan dibuat dan diundangkan atau diberlakukan atas dasar dan demi cintakasih, maka hendaknya semua tata tertib atau aturan disikapi dalam dan oleh cintakasih. Jika kita menyikapi aneka tata tertib atau aturan dengan dan dalam cintakasih, maka jika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah segera diluruskan atau dibetulkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak Allah segera dilaksanakan. Semua keputusan atau kebijakan yang tidak menyelamatkan jiwa manusia berarti berlawanan dengan kehendak Allah; taat kepada Allah berarti senantiasa membuat keputusan atau kebijakan yang menyelamatkan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain yang kena dampak keputusan atau kebijakan kita. Dalam iman kita imani bahwa semua pemimpin adalah wakil Allah di dunia ini, maka siapapun yang menjadi pemimpin dalam kehidupan bersama dalam bentuk dan tingkat  apapun kami harapkan senantiasa membuat keputusan atau kebijakan yang sesuai dengan kehendak Allah, antara demi kesejahteraan umum/bersama, bukan demi keuntungan atau kenikmatan pribadi, sebagaimana telah dihayati para tokoh politik masa kini. Kebanyakan para tokoh politik masa kini hanya berusaha untuk memperkaya diri dengan melakukan aneka bentuk korupsi.
"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu" (Mzm 34:17-20)

Rabu, 18 April 2012

"Ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Kis 5:17-26; Yoh 3:16-21)



Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia , melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia , tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang ke terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah"(Yoh 3:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, yang diutus ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Ia datang ke dalam dunia sebagai 'terang' yang menerangi seluruh dunia seisinya, bukan untuk membuat gelap dunia. Maka mereka yang suka berbuat jahat pasti akan membencinya, sebaliknya mereka yang suka berbuat baik akan mengasihinya. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk " datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah ". Dengan kata lain kita dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan jujur ​​dan terbuka, 'terang-terangan', tidak dengan sembunyi-sembunyi . Ingatlah ini jika Anda suka melakukan apa yang jahat atau tak bermoral secara sembunyi-sembunyi pada suatu saat akan ketahuan juga, sebagaimana dikatakan oleh sebuah pepatah " Sepandai-pandai tupai meloncat akhirnya jatuh suka ". Tidak ada rahasia yang tak mungkin tersingkap atau terbuka, semua rahasia pasti dapat disingkapkan atau dibuka. Hidup dan bertindak dalam 'terang' antara lain berarti ketika bepergian memberitahu kepada rekan-rekan atau anggota keluarga / komunitas ke mana pergi dan kapan akan kembali, dan hendaknya apa yang telah dikatakan atau diberitahukan juga dilaksanakan dengan setia. Alangkah indahnya juga jika kemudian menceriterakan kepada rekan-rekan atau anggota komunitas / keluarga aneka pengalaman yang terjadi selama bepergian, sebaliknya mereka yang ditinggalkan hendaknya   juga terbuka atas apa yang terjadi. Anak-anak hendaknya sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal kejujuran dan keterus-terangan ini di dalam keluarga, serta diperdalam dan dikembangkan di sekolah-sekolah, dengan teladan para orangtua maupun guru / pendidik.
·   Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak. " Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka " (Kis 5:25-26). Mujizat telah terjadi yaitu Petrus dan Yohanes yang berada di dalam penjara dibebaskan oleh malaikat Allah, tanpa diketahui oleh para penjaga penjara. Maka ketika mereka melihat Petrus dan Yohanes berdiri di Bait Allah sambil mewartakan Kabar Baik, mereka pun berusaha mengambil Petrus dan Yohanes untuk dikembalikan ke dalam penjara, namun tidak dengan kekerasan. Kiranya para tokoh Yahudi bersama dengan para pengikut mereka mulai percaya juga bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri para rasul. Mereka takut kepada orang banyak yang mulai percaya kepada pemberitaan Petrus dan Yohanes. Kisah ini kiranya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, yaitu bahwa kita tidak perlu takut dan gentar mewartakan Kabar Baik, senantiasa berbuat baik atau melakukan apa yang baik, meskipun untuk itu sering harus menghadapi para penguasa yang iri dan berusaha menyingkirkan atau menghabisi kita. Percayalah bahwa mereka yang berkehendak baik dan suka akan apa yang baik dan benar lebih banyak dari mereka yang suka akan kejahatan, kebohongan dan kepalsuan. Sekejam-kejamnya atau sekeras-kerasnya orang dalam kata atau omongan, kiranya masih memiliki hati yang rindu akan kebaikan dan perdamaian, maka hadapilah mereka dengan rendah hati dan cintakasih, karena dengan demikian mereka pasti tidak akan berkata dan bertindak keras lagi. Malaikat Allah senantiasa mendampingi perjalanan penghayatan hidup dan panggilan kita, maka hendaknya tetap tegar dan tenang dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan.
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku . " (Mzm 34:2-5)