Sabtu, 31 Maret 2012

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa" (Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)



" Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari ini adalah hari terakhir sebelum memasuki Minggu Suci, yang diawali dengan Minggu Palma, besok pagi. Dalam Minggu Palma kita akan diajak untuk merenungkan Kisah Sengsara Yesus, mulai dari penangkapanNya sampai pada kebangkitanNya dari mati. Percakapan di antara para pemuka Yahudi, sebagaimana dikisahkan hari ini, telah memutuskan bahwa "mereka sepakat untuk membunuh Dia",dengan pertimbangan apa yang dikatakan oleh Kayafas bahwa "lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa". Secara sosio-politis apa yang dikatakan oleh Kayafas merupakan alasan kuat, karena jika Yesus tidak disingkirkan atau dibunuh berarti semakin banyak pengikutNya dan dengan demikian rakyat tidak akan membayar pajak sebagaimana diberlakukan. Jika rakyat tidak membayar pajak maka mereka tidak dapat menyetor uang kepada Kaisar di Roma dan dengan demikian Kaisar akan memusnahkan seluruh bangsa. Pajak yang harus dibayar rakyat sangat tinggi dan berat karena telah di 'mark up', dan dengan dukungan serta ajaran Yesus mereka menjadi sadar bahwa pembayaran pajak itu tidak wajar. Secara spiritual apa yang dikatakan oleh Kayafas juga mengandung kebenaran, sebagaimana diramalkan oleh para nabi bahwa  Mesias atau Penyelamat Dunia dalam rangka menuntaskan tugasNya harus menderita dan wafat di kayu salib, harus mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah dan seluruh bangsa, demi keselamatan seluruh bangsa. Ia adalah pahlawan keselamatan, kedatanganNya di dunia ini untuk menyelamatkan seluruh bangsa.
·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku." (Yeh 37:26-27), demikian firman Allah melalui nabi Yeheskiel. Perjanjian damai antara Allah dan manusia akan dimeteraikan dalam dan oleh Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia/seluruh bangsa. Puncak persembahan DiriNya dapat kita imani ketika tergantung di kayun salib dan HatiNya ditusuk dengan tombak serta kemudian mengalirkan air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Dengan kata lain jika kita mendambakan perdamaian atau hidup damai sejati, hendaknya setia menghayati rahmat sakramen yang telah kita terima beserta seluruh janjinya, entah itu janji baptis, janji imamat, kaul dst..MaKa kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam memasuki Minggu Suci: dalam berpartisipasi dalam liturgi atau ibadat selama Minggu Suci hendaknya sekaligus dikenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sejauh mana kita setia dan taat pada janji tersebut serta menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari?
"Dengarlah firman TUrHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." Yer 31:10-11)

Jumat, 30 Maret 2012

"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau melainkan karena Engkau menghujat Allah' (Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)



"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
·   Minggu suci atau Minggu Sengsara semakin mendekat, yang dimulai hari Minggu Palma dan diakhiri dengan Hari Raya Minggu Paska. Kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak mawas diri: apakah saya siap sedia memasuki Minggu Suci, berpartisipasi dalam penyerahan Diri total Yesus dengan menderita sengsara, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus menghadapi tekanan dan ancaman dari musuh-musuhnya, dengan tuduhan Ia menghojat Allah atau sebagai manusia menyamakan Diri dengan Allah. Tuduhan dilakukan oleh para tokoh Yahudi yang tidak percaya kepadaNya bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, yang mereka nantikan, sementara itu banyak orang alias rakyat biasa semakin percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, yang datang untuk membebaskan mereka dari penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Ada kemungkinan bahwa jika semakin dekat, bersatu dan bersahabat dengan Tuhan alias hidup jujur, baik dan berbudi pekerti luhur, akan menerima tekanan, ancaman dan tuduhan palsu dari orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Para pejuang kebenaran dan kejujuran di negeri ini juga sering menerima ancaman dan tekanan dari para penguasa yang korup melalui aneka cara atau bentuk. Kepada para pejuang kebenaran dan kejujuran kami ajak untuk tetap setia berjuang, maju terus pantang mundur, dan percayalah bahwa perjuangan anda akan sukses atau berhasil, dan ada kemungkinan anda sendiri tidak dapat menikmati hasilnya, melainkan menikmati perjuangan yang lebih membahagiakan daripada hasil.
·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan! Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku. Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat." (Yer 20:11-13), demikian keyakinan iman nabi Yeremia yang menerima tekanan dan ancaman untuk dibunuh. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas panggilan untuk menghayati rahmat kenabian, yang berarti senantiasa membela dan memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, dan tentu saja kita sendiri senantiasa juga hidup dan bertindak benar dan jujur. Jika kita sungguh benar dan jujur, baiklah kita juga memiliki keyakinan iman seperti Yeremia. Ketika menerima ancaman atau tekanan hendaknya tetap bernyanyi dalam Tuhan dan memujiNya, artinya ancaman dan tekanan semakin mendorong kita untuk berdoa serta semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan mengatasi ancaman dan tekanan melalui diri kita yang lemah dan rapuh. Hadapi ancaman dan tekanan dengan cintakasih yang rendah hati dan lemah lembut, jangan dengan kekerasan. Percayalah bahwa dalam hati setiap orang ada kerindunan akan cintakasih, maka ketika kita dekati, sikapi dan perlakukan dalam dan oleh cintakasih mereka akan menjadi sahabat kita, dan tidak akan mengancam dan menekan kita.
"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku." (Mzm 18:2-4)

Kamis, 29 Maret 2012

"UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" (Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59)



"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah." (Yoh 8:51-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, dengan kata lain Ia telah ada sebelum manusia diciptakan. Kata-kata orang-orang Yahudi bahwa Yesus belum berumur lima puluh tahun dan apakah sudah melihat Abraham merupakan ungkapan keterbatasan atau ketidakmampuan untuk mengimani bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Penyelamat Dunia yang mereka nantikan kedatanganNya. Percakapan antara orang-orang Yahudi dengan Yesus ini kiranya cukup bagus untuk mawas diri perihal kedalaman iman kita, entah dalam hal pengetahuan maupun penghayatan. Percakapan ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mengusahakan agar yang berperan di dalam kehidupan dan kerja bersama adalah mereka yang berumur lima puluh tahun kebawah, karena pada usia ini pada umumnya orang masih memiliki kreatifitas dan enerji guna mengadakan aneka pembaharuan cara hidup dan cara kerja yang sungguh dibutuhkan. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk memperhatikan perihal pembinaan atau pendampingan hidup beriman bagi anak-anak atau generasi muda di lingkungan hidup kita  masing-masing. Keunggulan hidup beriman dan menggerja terletak dalam kedalaman pengetahuan dan penghayatan iman, dan terutama penghayatan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian senanitiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta dapat menjadi inspirator bagi orang lain dalam penghayatan iman. Memang sungguh memprihatinkan bahwa para tokoh bangsa ini yang berperan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dalam teori sungguh masih kreatif dan enerjik, namun tidak dapat menjadi inspirator bagi warganegara. Kami berharap para tokoh umat beragama memperhatikan masalah ini.
·   "Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja." (Kej 17:5-6). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan kita semua terkait dengan nama baru yang telah kita pilih atau yang dikenakan kepada kita, misalnya: Grace dan Anton setelah menjadi suami isteri berganti nama Hadisusetia, setlah dibaptis di depan nama kita masing-masing ditambahi nama baptis, santo atau santa pelindung, setelah menjadi imam, bruder atau suster selain ganti nama juga ditambahi atribut baru, nama Tarekat atau Lembaga dst.. Dalam penambahan atau perubahan nama tersebut kami yakin masing-masing memiliki niat atau dambaan yang indah, luhur, mulia dan baik, atau bagi yang berkeluarga bercita-cita beranak-cucu, sebagai buah kasih mereka berdua. Penambahan atau pergantian nama memang megandung harapan akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamat-kan. Terkait dengan tema APP tahun ini kami mengingatkan anda semua: apakah kita semakin memiliki sikap mental 'berbagi dan peduli' kepada orang lain, sehingga kita juga semakin memiliki banyak teman dan sahabat, semakin banyak orang mengasihi dan memperhatikan kita? Semoga dengan bertambah usia dan pengalaman serta pergaulan juga semakin suci, semakin membaktikan diri kepada Tuhan sepenuhnya, semakin banyak saudara dan sahabat, bukan semakin banyak lawan atau musuh. Jika semakin tambah usia dan pengalaman juga semakin tambah musuh dan lawan berarti tidak beriman.
"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya" (Mzm 105:4-7)

Rabu, 28 Maret 2012

"Sekiranya kamu anak Abraham tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham" (Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)



"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh 8:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Orang-orang Kristen dan Islam hendaknya tidak saling menonjolkan atau menyombongkan diri sebagai keturunan Iskak atau Ismail, anak-anak Abraham, karena yang akhirnya dikorbankan kepada Tuhan bukan Iskak atau Ismail, melainkan kambing", demikian kata Kyai Said Agil dalam mengawali sharing atau pengarahannya perihal hidup persaudaraan antar umat beragama di suatu pertemuan. Mengakui dan menghayati diri sebagai keturunan Abraham memang harus meneladan ketaatan dan imannya kepada Tuhan, yaitu ketika diminta untuk mengorbankan anak tunggalnya yang terkasih, ia segera melakukannya. "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham", demikian sabda Yesus, yang hendaknya direnungkan dan dihayati oleh segenap umat beriman, orang yang mengakui diri beriman. Beriman memang tidak sama atau tidak identik dengan beragama, orang beragama belum tentu beriman dan orang beriman belum tentu beragama. Cukup banyak orang mengaku beragama namun tidak beriman, buktinya adalah korupsi masih merajalela atau bahkan berkembang, demikian juga aneka permusuhan dan tawuran (catatan: dalam lingkungan Departemen Agarma dari atas sampai bawah hemat saya sarat dengan korupsi). Beriman berarti secara total tanpa syarat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, hidup baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah melakukan kejahatan atau dosa apapun. Memang yang ideal demikian kiranya jarang sekali, karena kelemahan dan kerapuhan kita dengan mudah melakukan apa yang jahat atau berdosa. Maka marilah kita saling mengingatkan dan meneguhkan dalam hal penghayatan iman kita.
·   "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan 3:16-18), demikian kata tiga orang bersaudara, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, menanggapi rayuan raja agar mereka bersembahsujud kepada dewa-dewanya alias tidak percaya kepada Tuhan. Mereka percaya sepenuhnya kepada Tuhan, maka ketika api membakar mereka, mereka tidak terbakar, bahkan kiranya api membakar hati mereka untuk mengasihi dan mengampuni mereka yang telah menyengsarakannya. Iman semakin dibakar semakin kelihatan kemurniannya bagaikan emas yang dibakar. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman: sikapi dan hadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dan ancaman, yang muncul dari kesetiaan iman, dalam iman, dalam kesatuan dan kebersamaan dengan Tuhan, karena dengan demikian kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. Hadapi dan lakukan pekerjaan seberat dan sebesar apapun yang diserahkan kita dalam iman, dan imani atau hayati bahwa " Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus'(Fil 1:6)
"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya." (Dan 3:52-54)

Selasa, 27 Maret 2012

"Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu." (Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30)



" Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya" (Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dialog atau percakapan antara Yesus dengan orang banyak sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari sungguh menarik untuk direfleksikan atau direnungkan. Yesus semakin menyingkapkan Jati DiriNya dan banyak orang pun kemudian menjadi percaya kepadaNya. Semakin mengetahui dan memahami semakin percaya pula, itulah yang terjadi. Cukup banyak orang masa kini mengetahui banyak hal, namun mereka tidak mempercayainya, artinya tidak menghayati atau melaksanakan apa yang mereka ketahui. Pengetahuan hanya sebatas dalam otak atau pikiran, tetapi tidak merasuk di hati menjiwai cara hidup dan cara bertindak. Telah beberapa minggu/hari kita diajak untuk mawas diri selama masa Prapaska ini dan perayaan puncak iman kita, wafat dan kebangkitan Yesus, semakin mendekat, maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin percaya kepada Tuhan, semakin mengutamakan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Hal ini secara konkret berarti dalam cara hidup dan cara bertindak kita lebih menunjukkan penghayatan iman, hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan daripada hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Sebagai orang yang telah dibaptis kita semakin mengabdi Tuhan dan selalu menolak godaan setan, sebagai suami-isteri berarti semakin mantap dan mendalam dalam saling mengasihi, sebagai anggota lembaga hidup bakti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai pelajar semakin terampil belajar, sebagai pekerja semakin terampil bekerja, dst..
·   "Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bil 21:9). Ular tembaga disini bagi kita yang beriman kepada Yesus menunjuk pada Dia yang tergantung di kayu salib. Di dalam hidup dan kerja kita setiap hari kita sering menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dst.. yang membuat kita dengan mudah untuk menggerutu atau putus asa. Jika anda mengalami hal yang demikian itu kami persilahkan dengan rendah hati dan penuh hormat memandang Yesus yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Penderitaan yang kita alami selama di dunia ini tidak sebanding atau hanya kecil sekali jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus, yang kita imani. Masalah, tantangan dan hambatan yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan hendaknya dihadapi bersama Dia yang tergantung di kayu salib, dengan kata lain buatlah tanda salib dengan penuh hormat dan khidmat serta penyerahan diri sebelum mengolah dan memecahkan aneka masalah, tantangan dan hambatan. "Dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara",demikian kurang lebih isi pokok kegiatan atau usaha aneka anggota LSM Kristen atau Katolik. Kami percaya di kamar-kamar rumah anda atau tempat kerja anda dipasang salib di tembok atau bahkan ada salib diletakkan di meja kerja anda, maka baiklah apa yang anda kerjakan dan omongkan selama berada di kamar tersebut sungguh dijiwai oleh Yang Tersalib. Semoga salib yang ada di ruangan atau kamar tempat anda hidup atau bekerja tidak hanya menjadi hiasan saja, melainkan sungguh menjiwai siapapun yang ada di dalam ruangan atau kamar tersebut. Apapun yang anda lakukan atau omongkan di dalam  kamar atau ruangan, meskipun tak diketahui orang lain, namun Tuhan tahu segalanya.
"TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku" (Mzm 102:2-3)

Minggu, 25 Maret 2012

Minggu Prapaska V : Yer 31:31-34; Ibr 5:7-9; Yoh 12:20-33 "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah"



"Semangat pertempuran yang bergelora dari putera kelahiran Salatiga, 24 Nopember 1925 itu, ditunjukkan ketika mengambil alih pimpinan misi. Sikap kepahlawanan, pantang menyerah dan inisiasi yang berani dari Yos Sudarso patut menjadi spirit dalam membangun negeri ini ke arah kehidupan bernegara yang lebih baik. Generasi sekarang harus belajar dari heroisme Yos Sudarso, sebagai prajurit laut yang pantang surut membela bangsa dan negara." (NN), demikian salah satu catatan perihal kepahlawan Yos Sudarso.  Yos Sudarso dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia yang sungguh berani dalam rangka membela bangsa dan Negara. Seorang pahlawan memang dengan penuh ksatria serta tulus berani berkorban demi keselamatan jiwa banyak orang. Yesus adalah pahlawan penyelamatan dunia, maka Ia juga menyerahkan Diri dengan wafat di kayu salib sebagaimana Ia sabdakan bahwa "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah". Buah dari penyerahan Diri Yesus di kayu salib adalah, sebagaimana kita ketahui, jutaan manusia telah menjadi murid atau pengikutNya. Maka marilah kita memperdalam tema APP tahun ini yang bertemakan "Katolik Sejati yang Berbagi dan Peduli"
"Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal." (Yoh 12:24-25)
Biji pada umumnya kecil namun setelah tumbuh menjadi pohon akan menjadi pohon besar dan menghasilkan buah, dengan kata lain biji juga merupakan awal atau dasar kehidupan. Sedangkan nyawa adalah sesuatu yang menghidupkan dan menggairahkan. Maka jika Yesus bersabda perihal menyerahkan nyawa berarti ajakan atau panggilan untuk mempersembahkan hidup, gairah, cita-cita atau harapan kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita. Kita dipanggil untuk sebanyak mungkin bergaul dengan siapapun serta tidak hidup menyendiri alias mengurung diri, guna mewujudkan semangat berbagi dan peduli bagi orang lain.
Apa yang menjadi cita-cita, harapan atau dambaan kita?  Saya percaya bahwa kita semua memiliki cita-cita, harapan atau dambaan hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera atau senaantiasa baik adanya sebagaimana ketika diciptakan oleh Tuhan. Kebahagiaan, kesalamatan dan perdamaian sejati terutama dan pertama-tama ada di dalam jiwa, maka marilah kita usahakan dengan rendah hati dan bersama-sama keselamatan, kebahagiaan dan perdamaian jiwa kita. Kita hayati hidup dan panggilan kita, kita fungsikan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini untuk mengusahakan keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun.
Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, jika mendambakan keselamatan jiwa, marilah kita hayati sabda-sabdaNya dan meneladan cara hidup dan cara bertindaknya, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa" (Yoh 12:26), demikian sabda Yesus. Yesus, yang telah wafat dan bangkit dari mati, hidup dan berkarya dimana-mana, terutama dalam diri orang beriman, yang beriman kepada Yesus Kristus, entah secara formal maupun informal. Secara formal berarti orang yang telah dibaptis, sedangkan secara informal adalah orang "yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal" (Vatikan II: LG no 16). Marilah kita semua yang berkehendak baik saling mempersembahkan cita-cita, harapan dan dambaan serta kita sinerjakan dan wujudkan bersama-sama.
"Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (Ibr 5:7-9).
"Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya",inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Orang yang sedang menderita pada umumnya lalu berindak ngawur, hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera atau keinginan pribadi, padahal ada kemungkinan orang harus menderita karena hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau keinginan sendiri. Ketaatan memang merupakan keutamaan atau nilai kehidupan yang sulit dilaksanakan, sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan. Hal ini antara lain kelihatan apa yang terjadi dijalanan, dimana para pengguna jalan kurang atau tidak mentaati tata tertib berlalu-lintas, tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas. Bukankah apa yang terjadi di jalanan merupakan cermin apa yang terjadi di dalam hidup sehari-hari?
"Aku sendiri pun berkeinginan agar kalian lengkap sempurna dalam setiap keutamaan dan anugerah rohani. Namun, pertama-tama agar kalian menjadi unggul dalam keutamaan ketaatan. …,ketaatan merupakan satu-satunya keutamaan yang menanam keutamaan lain di dalam jiwa serta menjamin kelangsungannya. Selama ketaatan berkembang, tidak dapat disangkal lagi bahwa keutamaan lain akan berkembang pula" (Ignatius Loyola: Surat kepada para Yesuit di Portugal, Roma 26 Maret 1553, terjemahan J.Darminta SJ). Kami berharap meskipun kutipan ini diarahkan bagi para Yesuit juga dapat kita renungkan, hayati atau laksanakan jika kita mendambakan hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera lahir-batin, phisik-spiritual, jasmani-rohani. Ignatius Loyola memang mendambakan para pengikutnya unggul dalam penghayatan keutamaan ketaatan, meneladan sahabatNya, Yesus Kristus, yang taat. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8).
Hidup dan bertindak dalam ketaatan berarti tidak hidup dan bertindak mengikuti kehendak dan keinginan pribadi atau diri sendiri, tetapi pertama-tama dan terutama hidup dan bertindak mengikuti kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan antara lain dicoba diterjemahkan ke dalam aneka konstitusi, pedoman hidup, anggaran dasar, kebijakan atau tata tertib, yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami berharap anak-anak sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal ketaatan dengan teladan konkret dari para orangtua, dan kemudian diperdalam dan diperkembangkan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Apa yang harus diusahakan di sekolah-sekolah antara lain larangan untuk menyontek baik dalam ulangan maupun ujian. Pelaksaaan 'dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian' sungguh mendesak dan up to date untuk diperdalam dan disebarluaskan. Berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi masa kini, yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat, tokoh politik, para pemuka dan pemimpin, wakil rakyat dst.. hemat saya merupakan bukti pembiaran menyontek di dalam ulangan atau ujian, yang telah mereka alami ketika mereka sedang bertugas belajar.
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu."
 (Mzm 51:12-15)

Sabtu, 24 Maret 2012

"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" (Yer 11: 18-20; Yoh 7:40-53)



" Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya. Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya," (Yoh 7:40-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penyingkapan pribadi Yesus yang semakin jelas menimbulkan ketegangan di antara para ahli Kitab, yang mayoritas berkehendak untuk menghukum Yesus karena telah melanggar apa yang tertulis dalam Kitab Suci atau Taurat mereka. Maka seorang dari mereka Nikodemus, yang secara pribadi pernah bercurhat dengan Yesus, alias orang yang baik, angkat bicara dengan berkata :"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?".Pengalaman ini mengingatkan kita semua untuk melihat dan mengakui bahwa di antara pemuka atau pemimpin negeri yang kebanyakan melakukan korupsi dan manipulasi, ternyata masih ada seseorang yang baik dan jujur. Maka marilah kita dukung dan doakan apa yang diperjuangkan oleh para pemuka atau pemimpin negeri ini yang masih baik dan jujur. Kami dengar ada tokoh-tokoh atau pejuang kebenaran dan kejujuran di negeri ini ada yang diancam oleh penguasa untuk berhenti bersuara tentang dan memperjuangkan kebenaran dan kejujuran. Kepada mereka para pejuang kebenaran dan kejujuran kami harapkan tetap setia melaksanakan misinya, dan jangan takut dan gentar, serta percayalah bahwa kebenaran akan menang atas kebohongan, kejujuran pasti mampu mengalahkan aneka macam kepalsuan dan permainan sandiwara kehidupan. Sertailah dan lengkapilah perjuangan anda dengan senastiasa setia berdoa, mohon rahmat kekuatan dan pencerahan dari Tuhan: bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti mampu mengalahkan atau mengatasi aneka kejahatan, kebohongan, manipulasi dan permainan sandiwara kehidupan.
·   "TUHAN memberitahukan hal itu kepadaku, maka aku mengetahuinya; pada waktu itu Engkau, TUHAN, memperlihatkan perbuatan mereka kepadaku. Tetapi aku dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku: "Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!"(Yer 11:18-19). Apa yang dikatakan oleh nabi Yeremia ini hendaknya menjadi inspirasi dan kekuatan bagi kita semua untuk setia dalam penghayatan iman atau ajaran agama kita masing-masing. Hidup beriman atau beragama memiliki dimensi kenabian, dan kita semua dipanggil untuk menghayati dimensi kenabian iman atau agama kita. Nabi adalah pembawa dan corong kehendak dan suara Allah, pembawa dan pejuang kebenaran, dan nasib seorang nabi pada umumnya akan dibenci dan dianiaya oleh orang-orang yang kurang atau tidak beriman, yang gila akan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi, orang-orang yang bersikap mental materialistis dalam cara hidup dan cara bertindaknya. Sedangkan kepada mereka yang masih suka melakukan kebohongan, korupsi, manipulasi atau aneka sandiwara kehidupan kami harapkan segera bertobat dan memperbaharui diri, tidak perlu menunggu untuk diadili atau ditunjukkan kejahatan anda oleh orang-orang benar dan jujur. Ingatlah dan hayati bahwa Tuhan tahu atas segala sesuatu yang kita kerjakan, dan Tuhan tak mungkin ditipu atau dibohongi oleh siapapun.
"Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil. Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat" (Mzm 7:9-12).

Jumat, 23 Maret 2012

"Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." (Kej 2:1a.12-22; Yoh 7:1-2.10.25-30)



"Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba." (Yoh 7:1-2.10.25-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari raya Pondok Daun adalah "hari raya yang dilangsungkan dalam musim gugur, pada waktu panen atau panen anggur, dan yang bertujuan bersyukur kepada Allah dengan mempersembahkan kepadaNya sebuah keranjang penuh buah-buahan" (Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Penerbit Kanisius 1990, hal 253). Hari ini secara kebetulan umat Hindu di Bali sedang merayakan hari raya "Nyepi", hari raya untuk meninggalkan segala kesibukan sepanjang hari dan mengheningkan diri untuk mendekatkan diri pada Yang Ilahi, bersyukur dan berterima kasih atas segala kasih karunia Allah. Dalam hari raya pada umumnya orang memang bersyukur dan berterima kasih, namun beberapa orang Yerusalem dalam hari raya Pondok Daun ini lebih memperhatikan Yesus yang akan dibunuh oleh musuh-musuhNya, dengan kata lain perhatian mereka ke arah pembunuhan atau penyingkiran Yesus. Semakin menerima ancaman maka Yesus pun juga semakin menyatakan Diri yang sebenarnya. Dalam mawas diri selama Prapaska ini ada kemungkinan kita juga menerima hambatan, ancaman atau tantangan, maka hendaknya jangan dihindari dan hayatilah sebagai sarana atau wahana untuk semakin memurnikan jati diri dan panggilan kita sebagai umat beriman atau beragama. Ingat dan sadari serta hayati bahwa sebagai murid-murid Yesus Kristus kita hendak meneladan Dia yang rela menderita, sengsara dan wafat di kayu salib, yang berarti kita diajak dan dipanggil untuk siap sedia menderita karena kesetiaan kita pada panggilan dan tugas pengutusan. Jadikan dan hayati aneka tantangan, hambatan dan ancaman sebagai sarana penggemblengan iman kita, sebagaimana untuk mendapatkan emas murni maka emas harus dibakar.
·   "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia" (Kej 2:18-20). Sabda ini mengingatkan dan mengajak kita untuk merenungkan apa yang juga dinasehatkan oleh St.Ignatius Loyola kepada siapapun yang berkehendak untuk maju dan mendalam dalam kehidupan rohani atau spiritual. "Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan"(St Ignatius Loyola , LR no 23). Semangat materialistis telah dan masih merasuki atau menjiwai umat beriman atau beragama, termasuk para imam, bruder, suster atau para pemuka agama. Sebagai contoh ada seorang imam dengan bangga menceriterakan bahwa telah berhasil memiliki deposito uang jutaan rupiah, membeli sarana-sarana teknologi canggih masa kini, dst.., bukan menceriterakan pengalaman dalam melayani atau menggembalakan umatnya. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua, segenap umat beriman atau beragama, untuk senantiasa mengusahakan dengan rendah hati dan bersama-sama agar memfungsikan aneka ciptaan dan karya manusia di bumi ini sebagai sarana untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan dalam dan melalui aneka pelayanan kepada sesamanya. Jauhkan aneka sikap mental materialistis dalam cara hidup dan cara bertindak.
"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu"  (Mzm 34:17-20)

Kamis, 22 Maret 2012

"Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes" (Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47)



"Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"( Yoh 5:31-47), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Menanggapi tuduhan dan ancaman orang-orang Farisi beserta anak buahnya Yesus semakin membuka Jati DiriNya, sebagai Penyelamat Dunia, yang datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa. Aneka mujizat yang telah dilakukanNya membuat orang-orang Farisi semakin tersingkir atau kurang pengaruhnya terhadap rakyat, maka mereka menuduh Yesus sebagai orang yang aneh atau sinthing. Apa yang dilakukan oleh Yesus bukan kehendak atau keinginanNya sendiri, maka baiklah pada masa Prapaska ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua umat beriman untuk sungguh-sungguh menjadi saksi iman di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Memang hidup dan bertindak berdasarkan iman akan menghadapi aneka masalah dan tantangan, dan ada kemungkinan akan dicurigai oleh orang-orang yang kurang atau tidak beriman. Menjadi saksi kebenaran atau pejuang kebenaran, hidup jujur pada masa kini akan menghadapi tekanan dan ancaman dari orang-orang yang tak bermoral seperti para koruptor, sehingga para hakim pun juga dapat dipengaruhi oleh para penguasa dan kemudian tidak jujur lagi dalam memproses pengadilan.  Dengan rendah hati kami mengajak dan mengingatkan para pejuang dan saksi kejujuran serta kebenaran tetap setia pada tugas dan panggilannya, dan percayalah bahwa banyak orang akan lebih percaya perbuatan atau perilaku anda daripada omongan atau wacana. Kami juga mengajak para promoter panggilan untuk melaksanakan tugas dan panggilan lebih-lebih dan terutama melalui cara hidup dan cara bertindak alias perilaku atau tindakan bukan ceramah, omongan dst..
·   "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." (Kel 32:7-8), demikian firman Tuhan kepada Musa, yang sedang memimpin bangsanya dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Firman ini kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan oleh para pemimpin dalam kehidupan bersama apapun dan dimanapun. Para pemimpin diingatkan dan diajak untuk sering turun ke bawah, memberi sapaan dan perhatian kepada yang dipimpin, serta secara langsung mengingatkan mereka yang menyimpang dari tugas utama, yang tidak melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan benar dan baik. Hendaknya jangan menunda mengingatkan dan mengajak mereka yang menyimpang dari perjalanan atau berselingkuh atau korupsi untuk segera bertobat atau meninggalkan cara hidup dan cara bertindaknya yang tidak baik, tidak bermoral. Tentu saja kami berharap juga bahwa para pemimpin dapat menjadi contoh atau teladan sebagai pribadi yang baik dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan.
"Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir: perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau" (Mzm 106:19-22)

Rabu, 21 Maret 2012

(Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30)



"Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yoh 5:17-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cukup banyak orang masa kini hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi atau semau gue (kata orang Betawi), 'sak penake wudhele dewe' (kata orang Jawa). Para imam, biarawan dan biarawati yang telah dibina atau dididik cukup lama dalam hal spiritualitas pun ketika bekerja sering juga mengikuti selera pribadi dan kurang atau tidak sesuai dengan spiritualitas yang telah dipelajari dan dimengerti. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas atau visi lembaga atau paguyuban dimana kita ada di dalamnya. Maka baiklah di masa Prapaska, masa Tobat ini kami mengajak kita semua untuk membaca dan meresapkan kembali spiritualitas atau visi sebagaimana tertulis di dalam Konstitusi atau Anggaran Dasar. Marilah meneladan Yesus yang datang tidak untuk menuruti kehendakNya sendiri, melainkan kehendak Allah Bapa yang mengutusNya. Kami berharap para pimpinan atau atasan mengingatkan dan mengajak anak buah atau bawahannya untuk setia menghayati spiritualitas atau visi lembaga, sesuai dengan maksud pendiri. Sedangkan sebagai orang beragama atau beriman alias bagi kita semua kami ajak dan ingatkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih, karena semua ajaran agama hemat bermuara dari cintakasih, sebagai ajaran dan hukum yang utama. Kita semua diciptakan dalam dan dengan cintakasih dan dapat tumbuh bekembang sebagaimana adanya ini juga hanya karena cintakasih,  maka selayaknya kita semua hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain.
·    "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung: Keluarlah! kepada orang-orang yang ada di dalam gelap: Tampillah! Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka." (Yes 49:8-9), demikian firman Tuhan. Apa yang difirmankan oleh Tuhan ini akan terwujud atau menjadi nyata sungguh membutuhkan kerjasama kita, manusia. Kita semua tidak akan kelaparan, sakit atau menderita jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain.  Kita semua "seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput", itulah dambaan dan kerinduan kita semua. Dambaan dan kerinduan ini akan terwujud jika orang-orang yang serakah bertobat, rela dan dengan jiwa besar membagi-bagikan harta benda dan kekayaannya kepada mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita tingkatkan dan perdalam penghayatan 'peduli dan berbagi' yang menjadi tema APP tahun ini. Kita tingkatkan dan perdalam jiwa solidaritas dan kepekaan terhadap mereka yang miskin dan berkurangan.
TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mzm 145:8-9)

Selasa, 20 Maret 2012

"Orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus karena Ia melakukan hal itu pada hari Sabat." (Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16)


Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya   dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta , orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah. "Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat Tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu:" Hari ini hari Sabat dan tidak bisa engkau memikul tilammu. "Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. " (Yoh 5:1-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Hari Sabat adalah hari yang secara khsusus dipersembahkan kepada Tuhan, dan untuk orang Yahudi hari ini adalah hari istirahat, tidak bisa bekerja dan tidak bisa bepergian jauh. Memang di dalam agama-agama atau keyakinan iman ada kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi yang harus ditaati dan dilaksanakan demi keselamatan jiwa (di Bali misalnya pada hari Nyepi tidak bisa bepergian dari rumah dan tidak bisa menyalakan api). Yang utama adalah keselamatan jiwa bukan tradisi atau kebiasaan, maka ketika ada orang yang bertahun-tahun menderita sakit mohon kepada Yesus untuk disembuhkan Ia melakukannya. Untuk orang-orang Yahudi hal ini berarti melanggar aturan hari Sabat, maka ada alasan untuk mereka untuk menganiaya atau menyingkirkan Yesus. Hidup dan bertindak dengan pedoman demi keselamatan jiwa memang sering sulit dipahami oleh orang-orang yang berpegang teguh pada aturan dan tata tertib.   Ada tiga tingkatan norma: sopan santun -> hukum -> moral, dan yang tertinggi adalah norma moral. Sebagai orang beriman yang dipanggil untuk hidup dan bertindak dalam dan oleh iman, hemat saya harus berpedoman pada norma-norma moral. Memang orang yang dapat berpedoman pada norma moral pada umumnya juga tidak mengalami masalah dalam penghayatan norma sopan santun maupun norma hukum artinya mereka juga melaksanakan dengan baik norma-norma tersebut dalam situasi yang normal. Norma moral memang sering lebih fungsional dalam situasi yang tidak normal atau situasi khusus.
·   Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup . Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup "(Yeh 47:8-9). Kutipan ini mengingatkan kita semua akan fungsi air, yang dalam tradisi agama-agama sering digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan berkat atau rahmat Allah. Sebagian besar tubuh kita juga terdiri dari air, air putih biasa juga bisa menjadi penyalur energi listrik (dalam tubuh kita maupun listrik pada umumnya). Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak Anda sekalian untuk melestarikan sumber-sumber air, antara lain menjaga dan merawat lingkungan hidup dengan tidak serakah membabati hutan atau menebangi pohon-pohon, membuat sumur-sumur resapan di tempat tinggal atau kerja masing-masing untuk menampung air hujan, dst .. Tidak kalah penting adalah penghematan pemakaian air, maupun menutupi tanah-tanah resapan air hujan dengan pembetonan maupun pengaspalan. Pemanasan global yang sedang terjadi saat ini dengan segala akibatnya, antara kekacauan cuaca, banjir bandang, badai, dst .. menunjukkan keserakahan manusia dalam mengeruk isi bumi seenaknya, demi keuntungan diri sendiri.
TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya "(Mzm 145:8-9)

Senin, 19 Maret 2012

HARI RAYA ST YUSUP, SUAMI ST MARIA 2Sam 7:4-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus" .



Yusuf adalah keturunan Daud, orang sederhana dan hidup sebagai tukang kayu. Sebagaimana tukang kayu pada umumnya memang harus hidup sederhana, pendapatan atau imbal jasa yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat tergantung dari orang yang lain akan memberi pekerjaan. Maka cirikhas seorang tukang kayu yang baik adalah senantiasa menggantungkan diri pada kebaikan dan kemurahan hati Allah melalui orang-orang yang memberi tugas atau pekerjaan kepadanya. Seorang tukang kayu yang baik juga senantiasa berusaha mengerjakan tugas atau pesanan sebaik mungkin, agar hasil karya atau kerjanya memuaskan dan membahagiakan orang lain dan kemudian orang yang bersangkutan akan memberi pekerjaan kepadanya lagi atau mungkin akan menceriterakan kepada teman dan kenalannya perihal sang tukang kayu yang baik tersebut serta menganjurkan untuk 'memakai' tukang kayu tersebut jika memiliki kebutuhan yang terkait dengan kayu. Yusuf juga dikenal sebagai orang baik, suci dan mulia, antara lain tidak pernah mengecewakan atau mencemarkan nama baik orang lain. Sebagai keturunan Daud ia dipilih oleh Allah untuk berpartisipasi dalam pemenuhan janjiNya, yaitu menyelamatkan dunia; ia dipanggil untuk mengambil Maria, sebagai isterinya, yang telah mengandung karena atau dari Roh Kudus. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St Yusuf hari ini saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri dengan cermin St.Yusuf.
"Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus." (Mat 1:20).
Allah telah berjanji kepada Raja Daud bahwa kerajaannya akan kekal dan menjadi besar serta akan sangat berpengaruh di dunia. Janji yang dimaksudkan tidak lain adalah bahwa Allah akan mendatangi manusia dengan menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, yaitu Pribadi Kedua, Allah Putera, yang diutus untuk memenuhi janjiNya. Allah telah memilih Maria, gadis sederhana, untuk menjadi pekerjasama dalam pemenuhan janjiNya dengan mengandung seorang anak dari Roh Kudus. Maria tidak termasuk dalam keturunan Daud, maka Allah minta Yusuf, keturunan Daud, untuk mengambil Maria sebagai isterinya, dan dengan demikian anak yang dikandung Maria menjadi 'keturunan Daud' secara yuridis.
Yesus, Sang Penyelamat Dunia, yang lahir dari rahim Maria, adalah manusia dan sekaligus juga Allah, secara yuridis Ia adalah keturunan Daud, tetapi de facto Ia dikandung Maria karena Roh Kudus, maka Ia juga tetap Allah. Memang apa yang terjadi sulit dipahami oleh pikiran atau otak kita yang serba terbatas dan hanya dapat diimani. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneladan Yusuf, yang tidak takut mengambil Maria sebagai isterinya, alias memasukkannya dalam kalangan kaum terpilih oleh Allah. Kita dipanggil untuk menarik dan mengajak saudara-saudari kita bergabung ke dalam paguyuban umat beriman, berpartisipasi dalam aneka kegiatan umat beriman.
Hendaknya kita jangan takut untuk mendekati, mengajak dan merangkul saudara-saudari kita yang kurang atau tidak beriman menjadi semakin beriman. Secara konkret hal itu berarti mendekati saudara-saudari kita yang berdosa untuk diajak bertobat atau memperbaharui diri. Kesatuan atau kebersamaan hidup umat beriman atau beragama tidak diikat oleh suku, ras atau keturunan melainkan oleh iman atau ajaran agamanya. Marilah kita ingat dan kenangkan bahwa agama-agama muncul melalui seorang di suatu tempat atau suku tertentu, namun dalam kenyataan saat ini pengikut agama tertentu terdiri dari aneka suku dan bangsa. Marilah kita dalam dan dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara; kita hayati aneka aturan dan tata tertib hidup bersama dalam dan dengan iman. Aneka tata tertib dan aturan hemat saya dibuat dan diberlakukan atau diundangkan dengan maksud atau tujuan agar siapapun yang setia melaksanakan aturan atau tata tertib tersebut semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Allah, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya.
"Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Rm 4:16-18)
Sebagai orang beriman kita semua adalah keturunan Abraham, bapa umat beriman, bukan secara phisik melainkan secara spiritual, bukan karena usaha atau jerih payah kita melainkan karena kasih karunia Allah. "Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap dan percaya", demikian dikatakan perihal bapa Abraham. Harapan dan percaya merupakan keutamaan umat beriman, yang harus dihayati dan disebarluaskan.
Apa yang menjadi harapan memang tak kelihatan atau belum jelas, kalau kelihatan dan sudah jelas berarti bukan harapan atau tidak dapat menjadi harapan lagi. Sebagai contoh: dari jauh dan ada di depan kelihatan seorang gadis berbaju merah, maka sang jejaka tergerak untuk mendekatinya dengan harapan gadis tersebut pasti cantik, mempesona dan menarik. Namun begitu didekati ternyata hanya baju merahnya yang menarik, sedangkan wajah dan postur tubuh sang gadis tersebut ternyata tak cantik dan tak mempesona. Anda semua kiranya memiliki harapan yang menggairahkan, maka hendaknya kerja keras tanpa kenal lelah mewujudkan apa yang menjadi harapan agar menajadi kenyataan. Secara konkret kami berharap kepada para pelajar atau mahasiwa untuk belajar sungguh-sungguh, agar sukses dalam belajar, demikian juga para pekerja sungguh bekerja keras agar sukses dalam kerja.
Percaya juga berarti mengandalkan diri pada apa yang belum kita lihat atau saksikan dengan mata kepada sendiri. Dalam hal percaya ini kiranya kita semua mempunyai banyak pengalaman konkret, misalnya ketika masih anak-anak kita diberi ceritera oleh orangtua atau ibu kita dengan mudah kita mempercayai apa yang ia ceriterakan, kita percaya kepada apa yang diajarkan atau diberitahukan oleh para guru/pendidik/dosen/pengarjar, meskipun kita belum melihat apa yang diajarkan atau diberitahukan, kita percaya pada petunjuk jalan, dst… Maka hendaknya kita juga percaya pada Penyelenggaran Ilahi, itulah jati diri hidup beriman.
Percaya, harapan dan cinta itulah tiga keutamaan yang utama, yang tak dapat dipisahkan. Orang yang berharap dan percaya pada umumnya secara otomatis akan mencinta, hidup dan bertindak saling mencintai. Cinta itu bebas alias tidak terbatas, maka sebagai orang beriman kami ajak untuk hidup dan bertindak saling mencintai tanpa pandang bulu. Sekali lagi saya angkat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain namun saling tertarik, terpesona dan terpikat untuk saling mendekat dan mencintai. Maka hendaknya aneka perbedaan antar kita menjadi daya tarik, daya pesona dan daya pikat untuk saling mendekat dan mencintai.
"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun.Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun" (Mzm 89:2-5)